Kamis, 21 April 2011

Teori gravitasi daya tarik 2 kota

Banyak permasalahan yang menghimpit suatu kota seperti : kesulitan ekspansi dan administrasi, harga tanah, penggunaan lahan di kota tersebut, supply, keterjangkauan dan transportasi, masalah air, limbah, dan sebagainya. Terlebih lagi unsur – unsur pendukung kota satu dengan kota lainnya itu berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh interaksi masyarakat dan lingkungan tempat tinggal. Sumberdaya alam yang ada menjadi penopang kelangsungan hidup masyarakat setempat. Sama halnya dangan karakteristik yang dimiliki oleh suatu kota. Perbedaan karakteristik antara dua kota atau dua wilayah akan menyebabkan terjadinya keterkaitan di antara kedua kota atau kedua wilayah. Menurut Hagget (1970:33-35) masalah interaksi keruangan telah menjadi perhatian dalam geografi sejak tahun 1850-an. Intensitas keterkaitan yang terjadi akan sangat ditentukan oleh tipe keterkaitan yang berlaku di antara kedua kota tersebut. Intensitas keterkaitan ini salah satunya berdampak interaksi yang terjadi. Karakteristik kota yang saling bertolak belakang di antara keduanya mengakibatkan tingginya intensitas keterkaitan. Semakin banyak perbedaan suatu kota dengan kota lainnya maka keterkaitannya semakin kuat, namun hal ini harus didukung dengan jarak yang relative mudah diakses dan terjangkau.
Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru. Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda. Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi ini berupa perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung atau berbagai media. Istilah spatial interaction ini berasal dari Ullman dalam bukunya Geography as spatial interaction (1954). Untuk mengidentifikasikan ketergantungan antar wilayah geografis.
Interaksi merupakan pengertian yang dikenal dalam sosiologi, sebagai gejala saling mempengaruhi antara individu. Dalam sosiologi gejala saling mempengaruhi tidak hanya berlaku pada individu melainkan juga pada obyek-obyek dan ruang yang mewadahi obyek-obyek itu. Sehubungan dengan itu dikenal tiga kelompok dasar yang saling mempengaruhi. Pertama, antara vegetasi dan iklim, tanah dan kawasan lahan; kedua, antara kegiatan manusia dan sifat politis-ekonomis suatu wilayah; ketiga adalah antar rumah tangga dan pertokoan.
Dalam geografi interaksi diartikan sebagai interaksi geografis antar satu wilayah dengan wilayah lain. Begitu juga halnya dengan kota satu dengan kita lainnya. Semakin banyak perbedaan yang ada maka peluang menciptakan interaksi antara ke duanya. Ullman meguraikan tiga unsur interaksi keruangan yang memberi pengaruh pada pola interaksi spatial.
Permodelan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap pola interaksi atau keterkaitan antardaerah atau antar bagian wilayah dengan wilayah lainnya, adalah Model Gravitasi. Dalam hokum gravitasi dikatakan “besarnya kekuatan tarik menarik antara dua benda adalah berbanding terbalik dengan jarak dua benda pangkat dua.” Penerapan model ini ini dalam bidang analisis perencanaan kota adalah dengan anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik yang dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara 2 (dua)  kutub magnet.

Persamaan umum model Gravitasi ini adalah :

Pi x Pj
Tij = ---------------
            (Dij)2
dimana :
Tij = pergerakan penduduk tempat  i ke tempat  j
Pi = jumlah penduduk di tempat  i
Pj = jumlah penduduk di tempat j
Dij = jarak antara tempat  i – tempat j
 
Penerapan model grafitasi pada interaksi sosial diperkenalkan oleh Reilly pada tahun 1929 dalam perniagaan. Para geograf pada abad ke-19 telah memakai hukum grafitasi Newton (1687).  
Bintarto (1983) menerapkan model grafitasi untuk empat kotamadya di jawa tengah dan DI Yogyakarta, Surakarta, Salatiga dan Magelang, yang lokasinya mengelilingi kompleks gunung kembar Merapi-Merbabu. Dengan sarana model segi empat ini Bintarto mengukur interaksi sosial keempat kota tersebut, hasilnya adalah sebagai berikut:

Model grafitasi interaksi antara ke empat kotamadya
Dik : Jumlah penduduk kota

Jarak terdekat antara ke empat kota;

*Maka apabila di hitung dengan formula gravitasi
I(Y- Su) =  398.192 x 462.825    =   51.192.559
(60)2
I(Su-Sa) =  462.825 x 85.740    = 22.495.814
                              (42)2
I(Sa-M) =  85.740 x 123.358    = 6.610.447
                              (40)2
I(M-Y) =   123.358 x 398.192   =  29.220.802
                              (41)2
Hasil perhitungan diatas menyatakan Surakarta dan Yogya sebagi kota yang memiliki interaksi terbesar (I = 51) artinya frekuensi hubungan sosial, ekonomi dan sebagainya antara kedua tempat tersebut tettinggi jika dibandingkan dengan interaksi antar kodya lainnya. Meski jarak antara keduanya adalah jarak terpanjang dibandingkan jarak Magelang-Salatiga, hal ini dikarenakan dua kodya tersebut merupakan kota budaya dan kota pelajar, jalan yang menghubungkan kedua kota memudahkan transferabilitas disamping jumlah penduduk yang besar pula.
Teori gravitasi juga dapat di terapkan dan di pergunakan untuk mengetahui potensi penduduk di setiap kawasan. Gravitasi dan migrasi juga di kembangkan dalam hubungannya dengan penelitian perpindahan penduduk seperti yang telah di terapkan oleh sarjana-sarjana di Negara maju. Perhitungan gravitasi dengan formula tipe Pareto hanya memperhatikan jarak, sedangkan hambatan-hambatan dalam proses perpindahan penduduk tidak hanya faktor jarak tetapi juga ada hambatan alami, seperti topografi, iklim, hutan, daerah aride, dan sebagainya. Hambatan-hambatan yang bersifat alami ini dapat menghalangi proses perpindahan dari stu tempat ke tempat yang lainnya.
Kelemahan penerapan model ini dalam analisis wilayah, terutama terletak pada variabel yang digunakan sebagai alat ukur, dimana dalam fisika variabel yang digunakan, yaitu molekul suatu zat mempunyai sifat yang homogen, namun tidak demikian halnya dengan unsur pembentuk kota, misalnya penduduk. Namun demikian, hal ini telah dikembangkan, yaitu dengan tidak hanya memasukan variabel massa saja, tetapi juga gejala sosial sebagai faktor pembobot.

Simpulan :
Gaya tarik dua kota dapat di buktikan dengan adanya mobilitas ataupun bentuk interaksi lain penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Daya tarik kota yang kuat akan menarik interaksi yang besar ke dalam wilayah kota yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. Unsur - unsur pendukung suatu kota juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik antar kota, faktor fisiogafis, sosial,ekonomi, teknologi kota yang berbeda akan memunculkan suatu interaksi yang mengakibatakan daya tarik antar keduanya. Adanya komplementaritas antar kota akan semakin memperkuat daya tarik antar kedua kota, hal ini juga didukung oleh transferbilitas yang dapat tercipta antar keduanya. Semakin besar tranferbilitas yang terjadi maka dapat dikatakan daya tarik antar kota tersebut sangat kuat, jarak dalam hal ini dapat diatasi dengan pembangunan akses jalan yang baik, untuk mendukung kelancaran interaksi keduanya.

Sumber :
Daldjoni. N. 1998. Geografi kota. Bandung : PT Allumni.
Hariyono. Paulus. 2007. Sosiologi kota untuk arsitek. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Manning. Chris. 1996. Urbanisasi , pangangguran, dan sector informal kota. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Hartono, 2009, Geografi 3 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hal. 107 – 111.
Lincolin, Arsyad. 1999. Pengantar  Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, edisi pertama, Yogyakarta : BPFE.

Tidak ada komentar: